< h1= WELCOME > ,

Selasa, 18 Januari 2011

Labuan Merapi 2011

SLEMAN, KOMPAS.com--Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta siap untuk menggelar kembali upacara adat "Labuhan Gunung Merapi" pascaerupsi gunung tersebut beberapa waktu lalu.
Pernyataan kesiapan itu disampaikan Bupati Sleman Sri Purnomo saat mendampingi kerabat Kraton Yogyakarta Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo saat meninjau wilayah Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Selasa.
Di Dusun Kinahrejo dahulunya sempat dilaksanakan upacara "Labuhan Gunung Merapi" yang dipimpin Juru Kunci Merapi Ki Surakso Hargo atau Mbah Marijan, yang kemudian meninggal dunia terkena awan panas Merapi pada letusan 26 Oktober 2010.
Kunjungan diawali di rumah Mbah Marijan yang talah rata dengan tanah. Dari tempat ini dilakukan upacara serah terima "uba rampe" (perlengkapan) dari Keraton Yogyakarta untuk dibawa ke Gunung Merapi sebagai prosesi upacara "Labuhan Merapi".
"Upacara adat ’Labuhan Merapi’ tetap akan dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan budaya Kraton Yogyakarta yang telah dilaksanakan turun temurun," kata Pengageng (Pejabat) Kraton Yogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Tirun Marwito.
Menurut dia, upacara labuhan ini merupakan bentuk rasa syukur dan permohonan doa kepada Allah SWT. "Meskipun Merapi menimbulkan korban harta benda maupun nyawa, namun diharapkan dapat memberikan berkah bagi masyarakat Yogyakarta," katanya.
Kepala Desa Umbulharjo menyatakan kesiapannya untuk membuka jalur bagi acara labuhan dengan membersikan jalan yang biasa dilalui untuk upacara adat "Labuhan Merapi" dengan mengerahkan warga setempat. "Kami bersama warga siap untuk membuka jalur labuhan yang rusak akibat erupsi Merapi," katanya.
Sedangkan terkait kepastian siapa juru kunci Gunung Merapi menggantikan Mbah Maridjan (almarhum), GBPH Joyokusumo mengatakan akan diumumkan beberapa bulan ke depan sebelum tradisi labuhan yang akan digelar pada bulan Jawa, Rajab atau sekitar Juni mendatang.
"Kami masih melakukan seleksi abdi dalem yang berada di lereng Merapi. Sebelum labuhan, akan kami tunjuk juru kunci Merapi yang baru. Karena dia yang akan memimpin prosesi adat tersebut," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya tetap menunggu titah Sri Sultan Hamengku Buwono, jika Sultan masih belum merestui penunjukan juru kunci sebelum labuhan, maka juru kunci akan ditetapkan setelahnya.
"Tetapi, labuhan itu harus tetap dilaksanakan pada Bulan Rajab, nanti yang akan memimpin adalah abdi dalem yang paling tua. Itu juga sudah disiapkan," katanya.
Menurut dia, ada beberapa persyaratan khusus untuk menjadi juru kunci Merapi, selain berstatus sebagai abdi dalem, juga harus mampu berdialog dengan alam sekaligus mumpuni dibidang agama Islam.
"Juru kunci harus Islam, Dari 26 abdi dalem di Merapi, kini masih tersisa 18 abdi dalem dari berbagai jenjang kepangkatan, saat ini sedang kami seleksi," katanya.
Sementara itu, usai melakukan tinjauan "lelaku labuhan" di lereng Merapi, ada beberapa yang harus dibenahi seperti Balai Labuhan di Bukit Sri Manganti serta jalur untuk menuju ke daerah itu.
"Kalau Bukit Sri Manganti masih utuh, hanya Balai Labuhan saja yang rusak. Jalur ke sana dan Balai Labuhan itu yang perlu dibenahi dan sebelum semua rencana dipastikan sudah siap," katanya.
ANT
Sumber :

Labuan Merapi 2011

SLEMAN, KOMPAS.com--Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta siap untuk menggelar kembali upacara adat "Labuhan Gunung Merapi" pascaerupsi gunung tersebut beberapa waktu lalu.
Pernyataan kesiapan itu disampaikan Bupati Sleman Sri Purnomo saat mendampingi kerabat Kraton Yogyakarta Gusti Bendoro Pangeran Haryo (GBPH) Joyokusumo saat meninjau wilayah Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Selasa.
Di Dusun Kinahrejo dahulunya sempat dilaksanakan upacara "Labuhan Gunung Merapi" yang dipimpin Juru Kunci Merapi Ki Surakso Hargo atau Mbah Marijan, yang kemudian meninggal dunia terkena awan panas Merapi pada letusan 26 Oktober 2010.
Kunjungan diawali di rumah Mbah Marijan yang talah rata dengan tanah. Dari tempat ini dilakukan upacara serah terima "uba rampe" (perlengkapan) dari Keraton Yogyakarta untuk dibawa ke Gunung Merapi sebagai prosesi upacara "Labuhan Merapi".
"Upacara adat ’Labuhan Merapi’ tetap akan dilakukan sebagai upaya untuk melestarikan budaya Kraton Yogyakarta yang telah dilaksanakan turun temurun," kata Pengageng (Pejabat) Kraton Yogyakarta Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Tirun Marwito.
Menurut dia, upacara labuhan ini merupakan bentuk rasa syukur dan permohonan doa kepada Allah SWT. "Meskipun Merapi menimbulkan korban harta benda maupun nyawa, namun diharapkan dapat memberikan berkah bagi masyarakat Yogyakarta," katanya.
Kepala Desa Umbulharjo menyatakan kesiapannya untuk membuka jalur bagi acara labuhan dengan membersikan jalan yang biasa dilalui untuk upacara adat "Labuhan Merapi" dengan mengerahkan warga setempat. "Kami bersama warga siap untuk membuka jalur labuhan yang rusak akibat erupsi Merapi," katanya.
Sedangkan terkait kepastian siapa juru kunci Gunung Merapi menggantikan Mbah Maridjan (almarhum), GBPH Joyokusumo mengatakan akan diumumkan beberapa bulan ke depan sebelum tradisi labuhan yang akan digelar pada bulan Jawa, Rajab atau sekitar Juni mendatang.
"Kami masih melakukan seleksi abdi dalem yang berada di lereng Merapi. Sebelum labuhan, akan kami tunjuk juru kunci Merapi yang baru. Karena dia yang akan memimpin prosesi adat tersebut," katanya.
Ia mengatakan, pihaknya tetap menunggu titah Sri Sultan Hamengku Buwono, jika Sultan masih belum merestui penunjukan juru kunci sebelum labuhan, maka juru kunci akan ditetapkan setelahnya.
"Tetapi, labuhan itu harus tetap dilaksanakan pada Bulan Rajab, nanti yang akan memimpin adalah abdi dalem yang paling tua. Itu juga sudah disiapkan," katanya.
Menurut dia, ada beberapa persyaratan khusus untuk menjadi juru kunci Merapi, selain berstatus sebagai abdi dalem, juga harus mampu berdialog dengan alam sekaligus mumpuni dibidang agama Islam.
"Juru kunci harus Islam, Dari 26 abdi dalem di Merapi, kini masih tersisa 18 abdi dalem dari berbagai jenjang kepangkatan, saat ini sedang kami seleksi," katanya.
Sementara itu, usai melakukan tinjauan "lelaku labuhan" di lereng Merapi, ada beberapa yang harus dibenahi seperti Balai Labuhan di Bukit Sri Manganti serta jalur untuk menuju ke daerah itu.
"Kalau Bukit Sri Manganti masih utuh, hanya Balai Labuhan saja yang rusak. Jalur ke sana dan Balai Labuhan itu yang perlu dibenahi dan sebelum semua rencana dipastikan sudah siap," katanya.
ANT
Sumber :